Kontrol Games Anak Anda

Saat saya kecil dahulu, hal yang paling menghibur adalah film kartun atau Si Unyil yang tiap akhir pekan sudah pasti menjadi tontonan paling keren lantaran tayangan anak pada saat itu masih minim. Jika tak menonton televisi, main masak-masakan atau boneka bagi anak perempuan atau mobil-mobilan dan layangan bagi anak laki-laki tahun 1980-an sudah sangat menyenangkan.
Tapi itu dulu, sebelum teknologi secanggih saat ini. Kini dengan berkembangnya teknologi, membuat gadget dan game ikut berevolusi, sehingga membuatnya menjadi hiburan paling laris manis bagi generasi belia zaman sekarang.

Dan bukan hal mengejutkan jika banyak anak balita alias bawah lima tahun yang lebih cakap mengoperasikan smartphone atau telepon pintar dibanding orangtuanya, mendownload game yang mereka suka, kemudian memainkannya. Dan tak jarang mereka memiliki tablet sendiri, khusus untuk main game.

Alasan orangtua mengizinkan anak main game sejak usia sangat dini adalah sebagai hiburan si buah hati atau sebenarnya ‘senjata’, jika tak ingin menyebut suap orangtua agar anak tak rewel. Ironi memang, tapi itu fakta. Bisa jadi anak ketularan ayahnya yang gemar main game online di smartphone miliknya. Awalnya anak hanya melihat ayahnya main, tapi lama-lama dia ikutan dan keterusan. Karena tidak ingin diganggu, ayahnya membelikan tablet khusus untuk main game sendiri.

Orangtua Lalai

Mengenai banyak anak usia dini yang sudah gemar main game, Psikolog Ajeng Raviando mengatakan, karena game memang dibuat seru, asyik, dan menyenangkan, sehingga membuat anak tertarik. Namun itu terjadi karena kurangnya kontrol dari orangtua sejak dini.

"Ada faktor kelalaian untuk menerapkan aturan atau tata cara dalam penggunaan gadget, permainan, dan sebagainya. Jadi, bukan salah anaknya juga kalau dari awal orangtuanya memberi perangkat dan tidak memberi batasan waktu,"

Orangtua wajib bertanggung jawab dan tidak sekadar menyalahkan anak. Banyak orangtua salah kaprah dan memanjakan anak dengan memberi izin main game sejak dini dengan alasan anak belum mengerti, padahal itu justru menjadi pemicu adiksi mereka terhadap game.

Dikhawatirkan pembiaran main game tanpa rambu dan aturan yang jelas dan tegas akan menyebabkan buah hati makin kecanduan. Dampak anak kecanduan game dari sisi psikologi, anak tidak bisa membedakan antara dunia virtual dengan dunia nyata, karena ketika anak merasa game sudah menjadi bagian hidup, mereka akan sulit memisahkan hal tersebut.

Apalagi ketika bermain game, anak menjadi merasa berkuasa, dominan, dan pintar, dia bisa menjadi lebih mencintai game daripada kehidupan nyata. Tanda lainnya, anak tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena keasyikan main game.

Selain itu, anak menjadi temperamen atau marah ketika diminta untuk berhenti atau tidak main game. Efek psikologisnya adalah emosi jadi sulit terkontrol, jadi temperamen karena keinginan untuk kembali ke game tersebut jadi lebih besar.

Sementara imbas negatif terhadap fisik adalah potensi obesitas, jika anak main game sambil ngemil dan kurang gerak. Namun, ada juga anak yang karena keasyikan main game jadi lupa makan, minum, istirahat, sehingga membuat kesehatan menjadi terganggu. 

Kontrol Ketat

Jika anak sudah kecanduan akan sulit disembuhkan, bahkan perlu bantuan psikolog. Namun sebelum itu terjadi, ada baiknya, orangtua mengubah pola pendisiplinan anak.
Perlu pendampingan orangtua untuk mengetahui jenis game yang dimainkan agar sesuai dengan tahapan usia dan kesukaan anak. Dan layak atau tidak game tersebut dimainkan, dengan memperhatikan unsur - unsur dalam game tersebut.
 
Orangtua memang harus bisa meyakinkan anak untuk bermain game sesuai dengan porsi, dan tidak perlu melarang anak. Sebab, semakin dilarang, anak akan semakin penasaran dan malah main 'kucing-kucingan', misal ketika orangtua tidur atau main di luar rumah.

Orangtua, kata dia, bisa mengajak anak diskusi secara logika dan memberikan penjelasan dan meyakinkan bahwa main game sampai lupa waktu bisa merugikan dirinya. Diharapkan anak bisa mengerem keinginannya main game.

"Jadi kembali lagi komunikasi positif. Pengasuhan positif jadi hal yang penting,"

Antara anak dan orangtua melakukan kesepakatan main game hanya pada akhir pekan, dan hari lainnya fokus untuk belajar. Orangtua juga bisa mengalihkan main game yang sifatnya soliter dengan melakukan aktivitas bersama yang menyenangkan, seperti main kejar-kejaran, petak umpet dan lainnya.

Orang tua harus bisa mengalihkan keinginan anaknya main game dengan permainan yang lebih banyak membutuhkan aktivitas fisik, seperti masak-masakan, lego atau mengajaknya jalan-jalan.

“Saya suka menyembunyikan tablet atau bilang lowbat. Kadang, saya mengajaknya main yang banyak gerak atau jalan-jalan, sehingga dia lupa,”

Tak Melulu Negatif

Selain memberi pendampingan, kontrol dan batasan, sebaiknya orangtua juga menambah wawasan mengenai dampak positif dari bermain game, karena game tidak melulu memberi dampak negatif.  Dengan demikian, masalah digital bukan menjadi musuh tapi teman yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran dan perkembangan anak.

"Game itu ada unsur edukatifnya juga. Game-game yang dirancang untuk edukasi itu kental sekali nilai edukasinya,"

Orangtua memang harus memahami bahwa game atau permainan merupakan naluri anak-anak. Mereka cenderung lebih senang bermain daripada belajar. Karena itu, orangtua bisa memanfaatkan game edukasi untuk membantu anak menyukai pelajaran.

Dan saat ini sudah mulai dikembangkan digital sebagai media belajar, di mana game dikemas dengan mainan yang edukatif, misalnya matematika. Selain itu, ada game untuk memecahkan masalah, sehingga dapat mengembangkan kecerdasan anak.
 
Orangtua bisa memilihkan game yang tidak hanya sifatnya permainan tapi juga game yang sifatnya edukasi. Dengan demikian, anak bisa belajar banyak dari game tersebut. Jadi pemilihan game yang tepat pada anak jadi hal yang krusial.

Untuk urusan game ini, lebih baik lagi game yang mengandalkan pada lapangan terbuka ( Outdoor ). Atau lebih tepatnya permainan anak - anak jaman dahulu sebelum generasi gadget. Permainan anak jaman dahulu selain untuk edukasi, melatih juga ketangkasan, kejelian dan tingkat kretifitas anak, dimana mereka bebas berkreasi terhadap lingkungan sekitar.

Postingan populer dari blog ini

Penikmat " Ati Macan " Harus Tahu Manfaat dan Efek Sampingnya, Ini Dia

Ternyata Populasi Orang Berhidung Pesek Terbanyak Ada Di Pulau Jawa !

Cinta Dalam Keluarga Itu Perlu, Tapi Pertengkaran Juga Penting Dalam Keluarga. Kenapa ?